Rabu, 11 November 2015

CREASI



BERKREASI CIPTAKAN GAMBAR GERAK






                               

Kamis, 19 Juni 2014

The Official Website of the FIFA World Cup™ - FIFA.com



Situs Resmi piala Dunia FIFA ™ - FIFA.com






Tuan Rumah Uruguay mengalahkan saingan berat untuk untuk untuk untuk mahkota Dunia PERTAMA
Mimpi Jules Rimet Presiden FIFA ITU diwujudkan sebagai Uruguay menjadi tuan Rumah perdana piala Dunia FIFA di Tahun Seratus PERUSAHAAN. HANYA Empat tim eropa melakukan Perjalanan laut Yang Panjang Dan Akhir adalah urusan amerika * * Semua-Selatan, Uruguay mengalahkan Argentina Artikel Baru Tetangga seperti Yang mereka lakukan di Olimpiade Akhir 1928. Trailing di Babak PERTAMA, Tuan Rumah Menang 4-2 di Estadio Centenario baru Negara Negara dibangun untuk menjadi Juara Dunia sepak bola PERTAMA.



 Tuan rumah Uruguay mengalahkan saingan berat untuk mahkota Dunia PERTAMA






WINNER         Uruguay


Pelari-UP         Argentina


KETIGA          Amerika Serikat


KEEMPAT      Yugoslavia







Jumat, 01 November 2013

semesta alamku

Google+                                                                                                                                                                                                                                                           

















Jumat, 28 Juni 2013

ANAK SEBAGAI AMANAH DAN AKIBAT menelantarkannya



Oleh: Ustaz Imron Baehaqi MA

Dalam Alquran, anak dapat dikelompokkan menjadi lima tipologi, yaitu anak sebagai tes (QS. Al-Anfal [8]: 28), anak sebagai perhiasan hidup dunia (QS. Al-Kahfi [18]: 46), anak sebagai cahaya mata ( QS. Al-Furqan [24]: 74), anak sebagai musuh (QS. At-Taghabun [64]: 14) dan anak sebagai amanah (QS.At-Tahrim [66]: 6).

Hubungannya dengan tugas dan kewajiban orangtua, maka tipologi di atas menunjukkan besarnya peran dan tanggung jawab orang tua (ibu dan bapak) dalam mengasuh dan mendidik anak, terutama agamanya sehingga terbentuk sebuah keturunan yang ideal (zurriyah thayyibah) atau anak saleh.

Firman Allah SWT: "Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar dan keras, mereka tidak mendurhakai Allah atas apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. "(QS. At-Tahrim [66]: 6).

Dalam hadis sahih yang sudah begitu populer, Rasulullah SAW menegaskan, "Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu bertanggung jawab terhadap kepemimpinannya. Kepala Negara adalah pemimpin dan ia bertanggung jawab terhadap nasib rakyatnya. Seorang suami adalah pemimpin di dalam rumah tangganya dan dia bertanggung jawab terhadap keluarganya. Seorang istri adalah pemimpin di rumah suaminya dan dia bertanggung jawab terhadap rumah tangganya. Seorang pembantu adalah pemimpin atas harta benda majikannya dan ia bertanggung jawab terhadap kepemimpinannya. "(HR. Muttafaqun 'Alaih).

Intinya, anak merupakan bagian dari amanah Allah, di mana kalangan orangtua tidak diperkenankan melalaikannya, apalagi lari dari memikul amanah besar tersebut.

Dalam sebuah riwayat, Rasulullah SAW telah memberikan peringatan yang sangat keras terhadap orangtua yang lari dari tanggung jawab ini. "Sesungguhnya Allah memiliki para hamba yang tidak akan diajak berbicara pada hari kiamat, tidak disucikan dan tidak terlihat." Lalu beliau ditanya: "Siapa mereka itu wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "Anak yang berlepas diri dari orangtuanya dan membencinya serta orangtua yang berangkat diri dari anaknya. "(HR. Ahmad dan Thabrani).

Imam Ibn Qayyim al-Jauziyah pernah mengatakan, "Barang siapa yang dengan sengaja tidak mengajarkan sesuatu yang bermanfaat bagi anaknya dan menelantarkannya begitu saja, berarti dia telah melakukan suatu kejahatan yang sangat besar. Kerusakan pada diri anak kebanyakan datang dari sisi orangtua yang meninggalkan mereka dan tidak mengajarkan kewajiban-kewajiban dalam agama termasuk sunnah-sunnahnya. "

Di zaman sekarang ini, orang tua pada umumnya nampak tidak mengalami banyak kesulitan dalam menyekolahkan putra-putrinya, khususnya dari segi peluang. Lembaga pendidikan sekolah dan pesantren banyak berdiri di hampir merata tempat, pemerintah dan 
lembaga swasta pun banyak yang menyediakan beasiswa pendidikan. Banyak yang memperoleh semua kesempatan itu. Akan tetapi, tidak sedikit orang tua yang lepas kontrol, bahkan ada yang sama sekali tidak peduli terhadap bimbingan agama dan karakter kepribadian anaknya. Akibatnya, terjadi kerusakan pada diri anak yang ditandai dengan sifat dan perilaku yang tidak terpuji. Nauzubillahi min dzalik.

Oleh sebab itu, agar dapat dianugerahi keturunan yang baik, baik dari segi intelektualitas maupun moralitas, maka ada sejumlah ayat alQuran yang penting untuk dibaca dan diamalkan. Setidaknya setelah shalat wajib lima waktu. Di antaranya adalah surah Ali Imran ayat 38 sebagaimana berikut,

"Wahai Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku keturunan yang baik dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar dan Mengabulkan do'a." (QS. Ali Imran [3]: 38). Wallahu al-Musta'an.



Sumber: www.republika.co.id

MEMINTA AKHIRAT



Oleh: Zainal Arifin


Pada suatu hari, ketika Rasulullah SAW melihat semangat dan kesungguhan Rabi'ah bin Ka'ab al-Aslami dalam membantu dan melayani kebutuhan beliau, Rasulullah bersabda, "Mintalah kepadaku wahai Rabi'ah! Niscaya aku akan memberimu. "

Mendengar tawaran itu, Rabi'ah lalu menjawab, "Aku akan berpikir dahulu wahai Rasulullah! Nanti aku akan memberitahukannya kepadamu. "

Maka, Rabi'ah pun berpikir apa yang akan ia minta dari sang kekasih Allah tersebut. Sudah barang tentu semua yang dipinta dapat dipenuhi Rasulullah, baik itu urusan yang bersifat dunia maupun urusan akhirat kelak. Karena, Rasulullah sangat dimuliakan Allah SWT sehingga doa dan permintaannya akan dikabulkan. Dalam benak Rabi'ah, jika ia meminta dunia, itu sungguh sesuatu yang hanya bersifat sementara. Semua yang ada di dalamnya fana dan pasti akan lenyap dalam sekejap mata. Dan sesungguhnya selama hidup di dunia ini, Allah telah memberikan rezeki yang cukup dan selalu mendatangi siapa pun hamba-Nya yang membutuhkan.

Setelah merenung dan terus memikirkannya, Rabi'ah mencapai suatu tekad untuk meminta akhirat. Ia menemui Rasulullah untuk menyampaikan permintaannya. Tatkala Rasulullah didatangi Rabi'ah, beliau bertanya, "Apakah yang telah kamu perbuat wahai Rabi'ah?"

Rabi'ah Menjawab, "Wahai Rasulullah, aku meminta kepadamu agar engkau sudi memberi syafaat kepadaku di sisi Rabbmu, agar Dia membebaskanku dari api neraka." Mendengar permohonan Rabi'ah itu, Rasulullah kembali bertanya, "Siapakah kiranya yang telah menyuruhmu untuk meminta hal ini? "

Rabi'ah menjelaskan, tidak ada seorang pun yang menyuruhnya meminta demikian. Permintaan itu lahir setelah ia berpikir dan merenungi jika segala yang ada di dunia ini hanyalah bersifat sementara.Rabi 'ah hanya meminta Rasulullah yang kedudukannya begitu mulia di sisi Allah, berkenan mendoakannya agar selamat di akhirat yang abadi.

Mendengar penjelasan Rabi'ah, Rasulullah berdiam sejenak lalu bersabda, "Aku akan memenuhi permintaanmu, bantulah aku atas dirimu dengan engkau banyak-banyak bersujud (banyak melakukan shalat)." (Sebagaimana diriwayatkan oleh sang pelaku sejarah Imam Ahmad bin Hanbal).

Subhanallah ... itulah yang dipinta Rabi'ah ketika mendapat kesempatan emas. Seandainya ia meminta jabatan, harta, dan kesenangan dunia, pasti Rasulullah tetap berupaya memberikannnya. Sebaliknya, kesempatan emas yang belum tentu didapatkan setiap manusia itu, Rabi'ah gunakan untuk mempersiapkan kehidupannya di akhirat.

Ia meminta agar selamat dari api neraka dan menikmati indahnya surga yang abadi. Demikianlah jika kita yang mengaku sebagai umat Rasulullah, jika ada tawaran dari pemimpin kita atau dari siapa pun yang bersifat duniawi bahkan penuh dengan konspirasi. Seharusnya kita menolak tanpa ragu.Sungguh, segala kenikmatan di dunia ini, sejatinya banyak berupa jebakan setan, yang dapat menjerumuskan umat manusia ke dalam neraka. Mari berhati-hati dan selalu meminta keselamatan akhirat yang abadi.

Sumber: www.republika.co.id

4 MACAM HATI


Foto: kesunyian adalah  bukanlah kesepian hati,dikala fikiran melayang membayangkan mati,seakan semua kebahagiaan bukanlah tujuan.hanya penyesalan yang terhampar luas di dalam bayangan. mengapa kebaikan tidak ada dalam fikiran sejak dahulu kala.  ternyata selama hayat ibadah tak mencukupi untuk mengimbangi kenikmatan yang telah ternikmati .  sungguh besar kemurahan Allah


Sebuah ayat al-Quran yang mengandung doa menuturkan, "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau palingkan hati kami kepada kesesatan setelah Engkau berikan petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah rahmat dari sisiMu kepada kami, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi." (QS. Ali Imran [3 ]: 8).

Konten doa ayat di atas tidaklah diucapkan dan dilakukan kecuali oleh orang-orang yang akal dan hatinya bersih (Ulil Albab). Mereka bermunajat dengan harapan dan tujuan agar hatinya tetap berada dalam proteksi hidayah Allah dan terjaga dari berbagai macam jalan yang menyesatkannya. Oleh sebab itu, sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Muslim menunjukan tentang pentingnya posisi hati di antara unsur jasmani dan materi lainnya.

Sabda Rasulullah SAW, "Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada bentuk rupa dan harta kamu sekalian, tetapi Allah melihat kepada hati dan amalmu yang ikhlas." (HR. Muslim).

Menurut riwayat dari Abi Sa'id RA, ada empat macam hati yang disebutkan oleh baginda Rasulullah SAW. Hadits ini bisa ditemukan juga dalam sebuah buku yang berjudul Kitab al-Kabair, karangan Syeikh Imam Abi al-Hasan Muhammad bin Abdul Wahab.

Pertama, Qalbun Ajrad (hati yang murni), yaitu hati laksana lentera yang memancarkan cahaya. Hati ini membuka pintu-pintunya untuk mendengar dan menerima kebenaran (alhaq). Itulah hati orang-orang Mukmin yang melakukan ketaatan kepada Allah dan RasulNya secara konsisten. Jenis hati ini disebut juga sebagai Qalbun Shaleh (hati yang sehat).

Kedua, Qalbun Aghlaf, hati yang keras dan tertutup untuk menerima kebenaran dan petunjuk dari Allah. Ia disebut juga sebagai QOLBUN Mayyit (hati yang mati) karena tidak mengenal dan mengakui Allah sebagai Tuhannya. Ketika diseru pun ke jalanNya, maka seruan itu tidak bermanfaat sama sekali karena hatinya sudah tertutup. (QS. Al-An'am [6]: 25). Tidak lain, jenis hati ini adalah hatinya orang-orang kafir.

Ketiga , Qalbun Mankus (hati yang terbalik). Yaitu hati orang-orang munafik. Hati ini sebetulnya mengetahui kebenaran Islam sebagai agama samawi, akan tetapi ia berbuat inkar. Bahkan ia memusuhi dan menghalang-halangi orang lain untuk mengikuti kebenaran tersebut.Kempat Qalbun Mushaffah. Yaitu, hati yang di dalamnya ada dua unsur sekaligus, keimanan dan kemunafikan. Kedua unsur ini saling tarik-menarik sehingga terkadang hati tersebut miring dan dekat kepada keimanan dan terkadang kepada kekufuran, tergantung kepada salah satu yang mendominasinya.

Jenis hati ketiga dan kempat ini disebut Qalbun Maridh (hati yang sakit) karena ada penyakit atau virus yang menyerangnya, yaitu berupa fitnah syahwat (nafsu) dan shubhat (sikap ragu) dengan motivasi setan yang terkutuk. Sebagai bahan muhasabah diri, masing-masing di antara kita dapat mengetahui secara jujur ​​dan objektif, tipe hati manakah yang sebenarnya kita miliki dari keempat macam hati di atas.

Mudah-mudahan kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang memiliki tipe hati yang pertama, yaitu hati yang murni dan sehat. Di antara kuncinya adalah mengamalkan do'a yang diajarkan al-Quran, sebagaimana disebutkan di atas. Wallahu alMusta'an.



Sumber: www.republika.co.id

PHOTO : SAINYAU
https://fbcdn-sphotos-a-a.akamaihd.net/hphotos-ak-prn1/p480x480/945236_577380302283827_1384495266_n.jpg

PENTINGKAH ZIARAH KUBUR? | Rumah Zakat






Ziarah kubur menjelang Ramadhan dan Idul Fitri merupakan tradisi yang baik dilakukan. Dengan ziarah kubur, orang diingatkan tentang kematian. Rasulullah bersabda: Aku mohon izin kepada Tuhanku untuk meminta ampun bagi ibuku, namun tidak diperkenankan. Lantas kumohon izin untuk menziarahi kuburannya, maka diperkenankan-Nya bagiku. Karena itu, berziarahlah kalian ke kuburan, karena hal itu bisa mengingatkan kalian akan kematian.



Fenomena kematian adalah tarbiyah ruhaniyah (pendidikan rohani) yang efektif untuk meningkatkan tingkat moralitas keagamaan seseorang. Ini, karena dengan mengingat kematian, seseorang akan berpikir seribu kali bila ingin berbuat maksiat. Orang gampang korupsi, bertindak sewenang-wenang, tiranik, serakah, mau menang sendiri, suka menyakiti orang lain, misalnya, karena tiadanya kesadaran akan kematian.

Itulah sebabnya, Khalifah Umar bin Abdul Aziz selalu berupaya mengingat tentang fenomena kematian itu. Hampir setiap malam dia kupulkan para ulama untuk bermudzakarah (saling mengingatkan) tentang mati, kiamat, dan akhirat. Kemudian mereka menangis sesenggukan tampaknya jenazah hadir di tengah-tengah mereka. Kuburan, tempat jenazah dimakamkan, adalah saksi bisu dari kematian. Sabda Rasulullah saw, "Cukuplah kematian sebagai pemberi nasihat." (HR Thabarani dan Baihaqi).

Dengan demikian, maka kuburan menjadi semacam tugu peringatan bagi orang yang mudah lalai akan kematian. Hadis riwayat Imam Muslim yang dikutip pada awal tulisan ini mengingatkan kepada kita bahwa dengan ziarah kubur kita senantiasa diingatkan tentang adanya kehidupan lain setelah kehidupan ini. Dan orang yang masih hidup namun menyadari akan kematian, sama halnya dengan orang yang piawai dalam membaca trend masa depan, yang karenanya tidak kaget lagi, dan cakap dalam mengelola dunia ini. Karena memang kehidupan yang sekarang adalah rentetan dari kehidupan lain yang akan dilakoni manusia. Dan kematian hanya pemberhentian sementara dari pekerjaan yang bakal kita lalui itu.

Ziarah kubur sebenarnya bisa dilakukan tidak saja tiap menjelang Ramadhan dan Idul Fitri seperti yang sudah menjadi tradisi dalam masyarakat kita, namun bisa dilakukan kapan saja. Nabi Muhammad saw menyatakan: Barangsiapa yang menziarahi kuburan kedua orangtuanya atau salah satu darinya tiap Jumat, maka dosanya diampuni dan ditulis sebagai orang yang berbuat kebajikan. "(HR Baihaqi).

Maka, makna positif dari ziarah kubur tidak saja pada almarhum atau almarhumah yang didoakan, tapi juga bagi kita buat mempertajam kesadaran akan mati. Di tengah krisis dan banyak tantangan yang dihadapi sekarang ini, sugesti dari keyakinan akan mati ini layak diaktifkan. Karena keinsyafan ini bisa memompa semangat dan optimisme. "Barangsiapa yang menyadari akan kematian, maka segenap musibah dan kekhawatiran dunia akan terasa kecil baginya," jelas Ka'ab seperti yang dikutip oleh Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin.

Sumber: www.republika.co.id

PHOTO :  SAINYAU

Mengenai Saya

Foto saya
jombang, jawa timur, Indonesia
TEREKADANG ORANG MERASA PERCUMA NGOMONG DENGAN SIAPAPUN, KARNA TERBAWA OLEH PERASAAN PESIMIS. SEHINGGA MERASA APAPUN YANG DILAKUKAN ADALAH PERCUMAH. ADA KALANYA ORANG SUKA BICARA TENTANG HAL YANG TAK PENTING, WALAUPUN PERASANYA SENDIRI MERASA TIDAK BERGUNA. APA HAL YANG MEMICU SIKAP YANG DEMIKIAN. MUNGKIN ANDA LEBIH TAHU,ATAU INGIN TAHU. TAHU ATAU TIDAK,YANG PASTI: TIADANYA KALIMAT ADALAH MATINYA KEADAAN

Pengikut