Jumat, 28 Juni 2013

ANAK SEBAGAI AMANAH DAN AKIBAT menelantarkannya



Oleh: Ustaz Imron Baehaqi MA

Dalam Alquran, anak dapat dikelompokkan menjadi lima tipologi, yaitu anak sebagai tes (QS. Al-Anfal [8]: 28), anak sebagai perhiasan hidup dunia (QS. Al-Kahfi [18]: 46), anak sebagai cahaya mata ( QS. Al-Furqan [24]: 74), anak sebagai musuh (QS. At-Taghabun [64]: 14) dan anak sebagai amanah (QS.At-Tahrim [66]: 6).

Hubungannya dengan tugas dan kewajiban orangtua, maka tipologi di atas menunjukkan besarnya peran dan tanggung jawab orang tua (ibu dan bapak) dalam mengasuh dan mendidik anak, terutama agamanya sehingga terbentuk sebuah keturunan yang ideal (zurriyah thayyibah) atau anak saleh.

Firman Allah SWT: "Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar dan keras, mereka tidak mendurhakai Allah atas apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. "(QS. At-Tahrim [66]: 6).

Dalam hadis sahih yang sudah begitu populer, Rasulullah SAW menegaskan, "Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu bertanggung jawab terhadap kepemimpinannya. Kepala Negara adalah pemimpin dan ia bertanggung jawab terhadap nasib rakyatnya. Seorang suami adalah pemimpin di dalam rumah tangganya dan dia bertanggung jawab terhadap keluarganya. Seorang istri adalah pemimpin di rumah suaminya dan dia bertanggung jawab terhadap rumah tangganya. Seorang pembantu adalah pemimpin atas harta benda majikannya dan ia bertanggung jawab terhadap kepemimpinannya. "(HR. Muttafaqun 'Alaih).

Intinya, anak merupakan bagian dari amanah Allah, di mana kalangan orangtua tidak diperkenankan melalaikannya, apalagi lari dari memikul amanah besar tersebut.

Dalam sebuah riwayat, Rasulullah SAW telah memberikan peringatan yang sangat keras terhadap orangtua yang lari dari tanggung jawab ini. "Sesungguhnya Allah memiliki para hamba yang tidak akan diajak berbicara pada hari kiamat, tidak disucikan dan tidak terlihat." Lalu beliau ditanya: "Siapa mereka itu wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "Anak yang berlepas diri dari orangtuanya dan membencinya serta orangtua yang berangkat diri dari anaknya. "(HR. Ahmad dan Thabrani).

Imam Ibn Qayyim al-Jauziyah pernah mengatakan, "Barang siapa yang dengan sengaja tidak mengajarkan sesuatu yang bermanfaat bagi anaknya dan menelantarkannya begitu saja, berarti dia telah melakukan suatu kejahatan yang sangat besar. Kerusakan pada diri anak kebanyakan datang dari sisi orangtua yang meninggalkan mereka dan tidak mengajarkan kewajiban-kewajiban dalam agama termasuk sunnah-sunnahnya. "

Di zaman sekarang ini, orang tua pada umumnya nampak tidak mengalami banyak kesulitan dalam menyekolahkan putra-putrinya, khususnya dari segi peluang. Lembaga pendidikan sekolah dan pesantren banyak berdiri di hampir merata tempat, pemerintah dan 
lembaga swasta pun banyak yang menyediakan beasiswa pendidikan. Banyak yang memperoleh semua kesempatan itu. Akan tetapi, tidak sedikit orang tua yang lepas kontrol, bahkan ada yang sama sekali tidak peduli terhadap bimbingan agama dan karakter kepribadian anaknya. Akibatnya, terjadi kerusakan pada diri anak yang ditandai dengan sifat dan perilaku yang tidak terpuji. Nauzubillahi min dzalik.

Oleh sebab itu, agar dapat dianugerahi keturunan yang baik, baik dari segi intelektualitas maupun moralitas, maka ada sejumlah ayat alQuran yang penting untuk dibaca dan diamalkan. Setidaknya setelah shalat wajib lima waktu. Di antaranya adalah surah Ali Imran ayat 38 sebagaimana berikut,

"Wahai Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku keturunan yang baik dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar dan Mengabulkan do'a." (QS. Ali Imran [3]: 38). Wallahu al-Musta'an.



Sumber: www.republika.co.id

Tidak ada komentar:

Mengenai Saya

Foto saya
jombang, jawa timur, Indonesia
TEREKADANG ORANG MERASA PERCUMA NGOMONG DENGAN SIAPAPUN, KARNA TERBAWA OLEH PERASAAN PESIMIS. SEHINGGA MERASA APAPUN YANG DILAKUKAN ADALAH PERCUMAH. ADA KALANYA ORANG SUKA BICARA TENTANG HAL YANG TAK PENTING, WALAUPUN PERASANYA SENDIRI MERASA TIDAK BERGUNA. APA HAL YANG MEMICU SIKAP YANG DEMIKIAN. MUNGKIN ANDA LEBIH TAHU,ATAU INGIN TAHU. TAHU ATAU TIDAK,YANG PASTI: TIADANYA KALIMAT ADALAH MATINYA KEADAAN

Pengikut